Rela berlapar kerana pengaruh Korea

Kepekatan malam telah menjadi kebiasaan bagi kami yang bergelar pelukis jalanan . Suasana hingar bingar tidak asing lagi bagi penduduk bandar metropolitan . Begitulah suasana 'pejabat' kami . Kadang kala terpaksa mencari tempat teduh di kaki lima pabila gerimis datang bertandang . Gemuruh kemarahan terlontar sahut  menyahut memekakkan gendang tipis telinga ku , dan kedua telapak tangan ku tak mampu menutupi deruannya . Ya Allah , lindungilah aku yang mencari rezeki halal - Mu .

waaaa . kata - kata seorang pelukis dah menjadi sasterawan negara kah ? ngeeee .

Baru - baru ni Aneng dan Academy telah mengadakan event karikatur di KL Sentral . datang seorang budak dalam lingkungan 15tahun kot . Berbekalkan satu beg kecil berisi syiling merapatkan diri di meja kami . 'kak,saya nak kakak lukis *%&$#@ . hitam putih ya kak' (lupa nama ape ntah disebutnya HAHA)
'Duit simpan adik ke nih?' sambil menuding jari ke arah karung beg kecilnya . 'Ya , takot nanti mama marah' .
'Mama lagi marah kalau guna duit tabung' . Sapa aku sambil mengukir senyuman . Sedikit perubahan air muka jelas ternyata .

Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil , senyum yang sebenarnya senyum , senyum yang tidak disertai apa - apa bila aku menyatakan aku akan hadiahkan potret tersebut kepadanya .



komen

0 pucuk surat:

 

Followers